The beauty world is evolving fast — and Gen Z is leading the shift.
Generation Z’s enthusiasm for skincare, deep knowledge of ingredients, and desire for brands that feel like friends are transforming the industry from the ground up.
Dalam beberapa tahun terakhir, industri kecantikan mengalami perubahan besar. Bukan hanya karena teknologi, bukan hanya karena tren global — tetapi karena satu kelompok konsumen yang paling vokal, paling berpengaruh, dan paling cepat membentuk ulang arah pasar: Gen Z.
Generasi yang lahir dan tumbuh di era digital ini punya cara pandang berbeda terhadap kecantikan. Mereka tidak sekadar membeli produk; mereka mencari nilai, representasi, koneksi emosional, dan transparansi. Dan kehadiran mereka membawa revolusi baru yang memengaruhi kategori produk, strategi brand, hingga cara perusahaan berbicara kepada konsumennya.
🎯 1. Sejak 2021, Tren Fashion & Retail Banyak Digerakkan oleh Gen Z
Dan beauty industry merasakannya lebih dulu.
Sejak 2021, Gen Z telah menjadi motor perubahan dalam fashion, retail, dan tentu saja beauty. Mereka mendorong inovasi dari segala arah — mulai dari kategori produk baru, pola konsumsi, cara storytelling, hingga teknik pemasaran.
Bagi mereka, produk kecantikan bukan hanya soal “cantik”, tapi bagaimana produk tersebut berfungsi, terasa personal, mencerminkan nilai hidup mereka, dan selaras dengan identitas yang terus berkembang.
Karena itu, brand kini dituntut untuk lebih responsif, lebih relevan, dan lebih human.
💻 2. Gen Z: The First Truly Digital-Native Beauty Consumer
Their expectations are shaped by the world they grew up in.
Sebagai generasi yang hidup berdampingan dengan internet sejak kecil, Gen Z memiliki kesadaran representasi yang jauh lebih tinggi. Mereka tumbuh di dunia yang memperjuangkan keberagaman — dan mereka mengharapkannya dari semua brand, termasuk skincare.
Menurut survei YPulse, 79% Gen Z percaya bahwa brand skincare wajib merepresentasikan semua warna kulit dan semua tone.
Bukan sekadar inclusivity sebagai kampanye — tetapi sebagai standar minimum.
Keterbukaan informasi membuat mereka:
- lebih kritis,
- lebih vokal,
- dan lebih cepat meninggalkan brand yang tidak selaras dengan nilai mereka.
Digital nativeness membentuk cara mereka melihat kecantikan: transparansi adalah segalanya.
🧴 3. Hybrid Products & Skinimalism: Simplifying Without Compromising
Value, efficiency, and authenticity — the Gen Z trifecta.
Fenomena “skinimalism” — yaitu rutinitas simpel yang tetap efektif — mendapat dorongan besar dari Gen Z.
Menurut Palmer dari Forma Brands, tren ini muncul karena Gen Z memiliki tingkat self-acceptance yang lebih tinggi. Mereka lebih percaya diri tampil dengan kulit asli, tekstur, dan freckle — tanpa perlu menutupi segalanya.
“People want to show their skin… not airbrush over it,” katanya.
Gen Z juga menyukai produk hybrid (skincare + makeup, atau multipurpose) karena:
- lebih hemat,
- lebih efisien,
- mengurangi konsumsi berlebih,
- dan cocok dengan gaya hidup cepat mereka.
Riset dari Good Light menunjukkan lebih dari 40% konsumen masih melakukan rutinitas panjang ala K-Beauty, namun hampir semuanya ingin langkah yang lebih sedikit.
Artinya? Mereka mencari hasil, bukan ribet.
🎨 4. Beauty as Self-Expression & Authenticity
And makeup? Still alive — but in a whole new way.
Walau skincare melonjak popularitasnya, makeup tidak kehilangan panggung.
Justru, makeup di tangan Gen Z berubah menjadi bentuk self-expression yang bebas aturan.
Menurut Hannah Tales dari RDSI Research, penggunaan makeup di kalangan Gen Z bukan tentang “mempercantik diri”.
Tapi tentang mencerminkan perasaan hari itu.
Kadang bold, kadang natural.
Kadang penuh warna, kadang tanpa riasan sama sekali.
Identitas bagi mereka bersifat fluida.
Kecantikan pun mengikuti.
Itulah sebabnya dua tren besar — skincare minimalis dan makeup penuh ekspresi — bisa hidup berdampingan.
📘 5. Efficacy, Value & Education: The New Non-Negotiables
Gen Z reads ingredients like older generations read labels on food.
Gen Z adalah generasi peneliti.
Menurut riset RDSI Research, mereka melakukan riset “hingga tahap interogasi”.
Mereka ingin tahu:
- apa kandungannya,
- bagaimana bahan itu bekerja,
- apakah ada efek samping,
- dan apakah produk itu benar-benar bernilai.
Menurut Good Light, konsumen Gen Z bisa meneliti 5–10 ingredients sebelum membeli satu produk.
Brand pun kini dituntut untuk:
- menyediakan informasi lebih transparan,
- mengedukasi pengguna,
- dan menyederhanakan proses pemahaman formula.
Bukan lagi sekadar mempromosikan hasil akhir, tapi benar-benar menjelaskan perjalanan produk.
🤝 What This Means for Beauty Brands Today
Relevance now requires empathy, transparency, and genuine connection.
Gen Z mengubah industri bukan dengan tren sesaat, tetapi dengan nilai-nilai yang mereka percaya:
- keberagaman,
- keaslian,
- kesederhanaan,
- efisiensi,
- dan pengalaman yang terasa dekat.
Untuk brand, ini bukan sekadar tantangan — ini peluang emas untuk membentuk hubungan jangka panjang dengan generasi konsumen masa depan.
🌐 PT Marui Solusindo Atmadja’s Perspective
Where innovation, education, and empathy meet formulation.
Sebagai mitra maklon skincare & kosmetik, PT Marui Solusindo Atmadja membantu brand memahami perubahan besar yang dipimpin Gen Z ini — dan menerjemahkannya ke dalam produk yang relevan.
Kami mendukung brand untuk mengembangkan:
- hybrid products yang efisien & bernilai,
- skinimalist formulas yang ringan namun efektif,
- inclusive skincare untuk semua skin tones,
- ingredient-forward communication,
- dan produk yang terasa human, dekat, dan personal.
Gen Z tidak mencari brand yang sempurna — mereka mencari brand yang jujur, inovatif, dan mengerti mereka.
Dan di sinilah Marui hadir: membantu brand membangun produk yang tidak hanya mengikuti evolusi industri, tetapi berperan dalam membentuknya.
📩 Ingin membangun produk yang relevan untuk generasi masa depan?
Mari mulai dengan memahami Gen Z — dan menciptakan sesuatu yang bermakna untuk mereka.
🌐 marui.co.id | 📲 0811-1915-7873
📸 IG • TikTok • YouTube → @ptmaruisolusindoatmadja







